Ringkasan

Tindakan pemupukan pada kondisi lahan yang terkendala oleh iklim bercurah hujan tinggi dan belum maksimalnya pengelolaan budidaya khususnya cara aplikasi pemupukan secara umum memiliki tingkat efisiensi rendah.  Upaya untuk mengoptimalkan efisiensi pemupukan tidak pernah surut, termasuk melalui usaha perbaikan pembuatan pupuk berkualitas.  Formulasi pupuk merupakan suatu upaya merumuskan dan merekayasa pupuk yang dilakukan secara kimia maupun fisik dengan tujuan untuk memperoleh pupuk berkualitas sesuai keinginan.  Rekayasa pembuatan pupuk berkualitas  dilakukan melalui penyusunan formulasi komposisi, formulasi bentuk fisik dan formulasi sifat kelarutan ketersediaan hara.  Para pakar agronomis dan ekonomi sepakat mengemukakan bahwa formulasi pupuk memiliki kaidah manfaat yang berkonsekuensi terhadap efisiensi, khususnya sumberdaya  ketersediaan bahan, energy, tenaga, waktu dan biaya.  Sekitar 10 tahun terakhir, PT Saraswanti Anugerah Makmur (PT SAM) yang bekerjasama dengan Puslit Perkebunan merekayasa dan memproduksi pupuk dengan keunggulan di bidang formulasi pupuk, khususnya pupuk briket untuk tanaman perkebunan yang bersifat slow release.  Penyusunan formulasi pupuk disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah khususnya ketersediaan hara dan kebutuhan tanaman.  Pengalaman dalam aplikasi pupuk briket pada tanah yang specifik mampu meningkatkan pencapaian hasil produktivitas tanaman perkebunan berkisar 5-23, relatif lebih efisien dibanding penggunaan pupuk konvensional.  Prospek formulasi pupuk kedepan akan semakin meningkat tidak hanya karena kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas tanaman, tetapi juga dapat menjaga kelestarian produktivitas lahan dan penekanan terhadap pencemaran lingkungan.

Kata kunci : Formulasi, pupuk, anorganik, efisiensi pemupukan, slow release

 

Pendahuluan

Pertanian modern bersandar kepada penggunaan input pupuk yang cukup tinggi dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan dan penyerapan hara bagi tanaman.   Kemampuan input pupuk anorganik dalam meningkatkan hasil produksi pertanian tidak perlu diragukan dan telah menjadi  tonggak pendukung keberhasilan era revolusi hijau.  Disisi lain faktanya, di era ini telah banyak dilaporkan terjadi penggunaan pupuk secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek penting kesuburan tanah dan bahkan sebagian diantaranya telah mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan, seperti; pencemaran di perairan dan efek gas rumah kaca (global warming).   Memperhatikan sering terjadinya penomena demikian, maka diperlukan upaya-upaya dalam pemanfaatan penggunaan pupuk secara lebih hati-hati dan yang mampu mengoptimalkan pencapaian produktivitas secara efektif dan efisien sambil tetap terjaga stabilitas kelestariaan lingkungan.

Tingkat efisiensi pemupukan di Indonesia masih relatif lebih rendah, diperkirakan berkisar diangka 50-70 bila dibanding dengan di negara yang pertaniaannya sudah maju.   Pencapai efisiensi pemupukan yang rendah ini kendala utamanya adalah kondisi iklim dengan curah hujan relatif tinggi serta belum maksimalnya dalam aplikasi pemupukan dan pengelolaan budidaya.   Meskipun demikian, upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tidak pernah surut, yaitu dengan upaya mengoptimalkan kunci kaidah pemupukan, melalui tepat;  jenis, dosis, cara, waktu dan frekuensi.  Di era pertanian modern, teknologi yang dapat menyederhanakan konsep kunci kaidah pemupukan tersebut sesungguhnya dapat dirangkum kedalam rekayasa formulasi pupuk.   Kondisi lingkungan, khususnya ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman menjadi pilar utama dasar penentuan formulasi komposisi kimia pupuk.  Bentuk, jenis dan sifat kelarutan pupuk merupakan sifat-sifat penting lainnya yang dapat dikonsepkan dalam formulasi fisik pupuk.  Antara formulasi komposisi kimia dan sifat fisik pupuk dapat diintegrasikan menjadi kesatuan formula pupuk yang mampu menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya, khususnya  sumberdaya ketersediaan bahan, energi, tenaga, waktu dan biaya.   Para pakar agronomis dan ekonomi sepakat mengemukakan bahwa formulasi pupuk memiliki kaidah manfaat yang berkonsekuensi terhadap efisiensi.  Perkembangan formulasi pupuk sesungguhnya berjalan selaras dengan perkembangan di bidang industri kimia dan lajunya meningkat pesat setelah pupuk majemuk diperkenalkan.

Tulisan ini disajikan bertujuan untuk menyampaikan informasi beberapa pengalaman PT SAM bersama Pusat Penelitian (Puslit) lingkup perkebunan dalam menyusun formulasi pupuk atas dasar kesesuaian kebutuhan tanaman dan kondisi lingkungan. Penelitian dan pengkajian penggunaan formulasi pupuk dalam meningkatkan efisiensi pemupukan telah dibuktikan melalui terapan apalikasi di lapangan, baik menggunakan percobaan plot dan demontrasi maupun aplikasinya pada skala komersial.

 

Formulasi Pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur

Perseroan terbatas (PT) SAM yang berkantor pusat di Sidoarjo-Jawa Timur, merupakan suatu produsen pupuk yang selalu senantiasa berupaya memproduksi pupuk berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau.  Perusahaan ini terus mengembangkan produk pupuk yang secara potensial memiliki efisiensi tinggi, dengan tujuan; selain dalam rangka mengantisipasi semakin terus meningkatnya harga pupuk sebagai akibat meningkatnya biaya bahan baku, pengolahan, tenaga dan transportasi, juga untuk turut membantu meningkatkan efektifitas manfaat dan keuntungan pengguna agronomis. Kurang lebih sekitar 14 tahun terakhir, PT SAM secara konsisten mengembangankan produk pupuk anorganik sesuai kebutuhan tanaman dengan keunggulan yang cukup menonjol di bidang rekayasa formulasi pupuk.  Pilihan terhadap pupuk anorganik sebagai fokus formulasi, selain dikarenakan pertimbangan mendasar kebutuhan hara tanaman, juga dikarenakan peluang kebutuhan pasar terhadap pupuk ini demikian besar.   Diperkirakan pada tahun 2015, kebutuhan pupuk industri nasional mencapai 23,5 juta ton.

Tabel 2. Formulasi Pupuk Standar produksi PT SAM untuk komoditas perkebunan

Pengalaman PT SAM dalam memformulasi dan memproduksi pupuk bekerjasama dengan lembaga pusat penelitian lingkup perkebunan, yaitu; Puslit Karet (komoditas karet), PPKS (komoditas sawit), Puslit Koka Indonesia (komoditas kopi dan kakao), dan P3GI (komoditas tebu).   Secara konsisten formulasi pupuk yang disusun disesuaikan dengan kebutuhan tanaman perkebunan dan kondisi ketersediaan hara tanah.   Jenis dan kandungan hara dalam formula bersifat lentur sesuai kebutuhan, berbentuk briket dengan berat 1,2-2,0 gram. Formulasi pupuk standar untuk tanaman perkebunan yang diproduksi PT SAM bekerjasama dengan Puslit Perkebunan disajikan pada Tabel 2.  Kebutuhan formulasi pupuk standar dibedakan antara jenis dan umur tanaman.

Perseroan Terbatas (PT) SAM selalu menekankan  pentingnya  kualitas  produk.  Untuk menjaga mutu yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia (SNI), formula pupuk dibuat menggunakan bahan baku pilihan yang kualitasnya dijamin dan kandungan unsur-unsurnya diketahui terukur melalui proses analisis laboratorium kimia.  Sumber utama bahan baku pupuk briket, antara lain : urea, zuafelzuur amonium, monoamonium fosfat, diamonium fosfat, rock fosfat, potassium khlorida, potassium sulfat,  dolomit, kalsit, ferro sulfat, terusi, seng sulfat, manggan sulfat, asam borat, kalsium silikat, dan bahan baku slow release agent (SRA)  dari bahan kimia anorganik maupun bahan kimia organik.   Selain itu, pupuk ini diperkaya dengan humic substances (HS), yaitu suatu bahan yang dapat menjaga keseimbangan dan ketersediaan hara, sehingga membantu memudahkan penyerapan hara oleh perakaran tanaman.

 

Pengaruh Formulasi Pupuk Terhadap Pencapaian Efisiensi Pemupukan

Formulasi pupuk dapat dilakukan berdasarkan sifat kimia, fisik dan penggabungan diantara kedua sifat tersebut menjadi suatu kesatuaan yang terintegrasi.  Dalam prakteknya, formulasi kimia pupuk dilakukan terhadap rekayasa komposisi, sedangkan sifat fisik ditunjukkan terhadap rekayasa bentuk, jenis dan sifat kelarutan pupuk.  Berikut ini disajikan pengalaman PT SAM dan Puslit lingkup perkebunan dalam mengawal aplikasi pupuk yang diformulasi tertentu dapat mempengaruhi pencapaian tingkat efisiensi pemupukan yang dibandingkan dengan penggunaan pupuk standar konvensional.

A. Formulasi Komposisi

Teknologi formulasi komposisi diarahkan terhadap jenis hara, kandungan hara, dan penambahan unsur atau senyawa aditif yang berpengaruh terhadap perbaikan kualitas tanaman, memperbaiki harkat kesuburan tanah dan mendorong percepatan ketersediaan hara.  Kebutuhan formulasi komposisi pupuk ditetapkan berdasarkan hasil penelusuran secara terukur dan dapat dipertanggung jawabkan melalui hasil analisis tanah maupun daun.  Penambahan unsur hara yang selama ini kurang diperhatikan, namun sesungguhnya memiliki fungsi yang dapat berkontribusi nyata terhadap perbaikan kualitas produksi tanaman juga menjadi bagian untuk memperkuat kualitas formulasi pupuk, misalnya penambahan hara Boron (B) dan Silikat (Si) untuk tanaman graminea.  Perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah melalui peningkatan kelarutan dan ketersediaan hara serta sifat fisik tanah melalui pengkayaan bahan ameiorasi tanah, seperti penggunaan humic substance.

Analisis kadar unsur dalam tanah mencerminkan tingkat ketersediaan hara yang dapat diserap tanaman, sedangan jumlah hara pada daun dapat mencerminkan tingkat kecukupan status fisiologi nutrisi tanaman.  Dengan diketahui secara terukur jumlah ketersediaan hara dalam tanah baik jenis maupun kadarnya serta diketahui kebutuhan hara tanaman untuk masing-masing unsure hara, maka secara matematis dapat ditentukan formulasi jenis dan kebutuhan hara.  Pada tanah dengan kondisi ketersediaan hara rendah dan kebutuhan tanaman terhadap hara tersebut cukup tinggi, maka dalam penyusunan formula kebutuhan hara tersebut ditempatkan pada nilai yang tinggi.  Konsep formulasi komposisi berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah akan menekan pengaruh hara yang berlebihan terkandung dalam pupuk yang mudah hilang karena terbawa run off atau tercucikan.  Dengan demikian, sangat logis bahwa formulasi komposis pupuk akan memaksimalkan efektifitas penggunaan pupuk.

Percobaan formulasi komposisi pupuk briket PT SAM yang dikerjasamakan dengan Puslit Perkebunan disesuaikan dengan ketersediaan hara di dalam tanah pada komoditas perkebunan disajikan pada Tabel 2.  Kemudian hasil pengamatan penggunaan formulasi komposisi pupuk tersebut pada masing-masing komoditas tanaman perkebunan dan pengaruhnya terhadap peningkatan efisiensi produksi disajikan pada Tabel 3.  Nilai efisiensi ditetapkan berdasarkan perbandingan antara pencapaian hasil produksi tanaman pada formulasi komposisi pupuk briket terhadap hasil produksi tanaman formulasi pupuk standar kebun, pada tingkat kebutuhan jumlah dosis hara utama NPK yang sama.  Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa formulasi komposisi pupuk briket produksi PT SAM memiliki pencapaian hasil produksi yang relatif lebih tinggi dibanding pencapaian hasil  produksi formulasi pupuk standar kebun.  Nilai peningkatan produksi yang disebabkan oleh rekayasa komposis lebih efisien sekitar 11-13 untuk tanaman sawit, sekitar 4 untuk tanaman kopi, sekitar 11-17 untuk tanaman karet dan sekitar 13-14 untuk tanaman tebu.

Pengaruh formulasi komposisi pupuk yang dibandingkan dengan pupuk standar terhadap nilai efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh akurasi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara.  Pada tanaman yang dipupuk standar kebun yang secara umum hanya memperhatikan kebutuhan hara utama yaitu NPK, sedangkan pada formulasi komposisi pupuk yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan hara tanah selain kebutuhan utama hara NPK, juga dilengkapi oleh ketersediaan hara mikro (Fe, Mn, CU, Zn dan B).  Diketahui bahwa produksi dan pertumbuhan tanaman tidak ditentukan oleh kecukupan hara makro saja, tetapi justru ditentukan oleh ketersediaan unsur yang paling terbatas (hukum von libiegh).

Secara ekonomis, penggunaan formulasi komposisi pupuk berpengaruh terhadap perolehan efisiensi.  Hasil pengamatan perbedaan pembiayaan pemupukan antara penggunaan formulasi pupuk briket pada percobaan Halei untuk komoditas tebu dan  penggunaan pupuk Koka pada komoditas Kopi.  Pada percobaan Halei di kebun Ngunut-Purwodadi digunakan dosis pupuk (4 ku Halei/ha + 2 ku ZA/ha) membutuhkan pembiayaan harga sekitar 0,881 kali harga pupuk konvesiona standar (10 ku ZA/ha + 1 ku SP36/ha). Sedangkan di kebun Krangsono pengeluaran untuk dosis pupuk  (4 ku Halei/ha + 4 ku ZA/ha) sekitar 0,873 kali biaya pupuk konvensional  standar (8 ku ZA/ha + 3 ku SP36/ha + 2 ku KCl/ha).  Hal yang sama dijumpai dari hasil perhitungan pengeluaran pembelian pupuk pada percobaan formulasi pupuk Koka di Kaliwening.  Pembiayaan untuk penggunaan pupuk Koka sekitar 0,702 kali pembiayaan pupuk konvensional standar (urea+SP36+KCl+Kiseirit).  Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan penggunaan pupuk briket formulasi PT SAM relative lebih murah disbanding pembiayaan penggunaan pupuk konvensional standar.

Tabel 3. Pengaruh penggunaan formulasi komposisi pupuk briket PT SAM terhadap pencapaian produktivitas dan efisiensinya pada masing-masing komoditas perkebunan.

B.Formulasi Bentuk Pupuk

Formulasi sifat fisik pupuk padatan diarahkan pada bentuk, ukuran partikel dan kemasifan permukaan butiran.   Produksi formulasi pupuk PT SAM diarahkan pada pupuk briket berbentuk lingkaran elips dengan diameter panjang sekitar 1,0 cm dan diameter lebar sekitar 0,6 cm.   Dibanding dengan pupuk konvensional granuler (diameter 0,2-0,4 cm), formulasi pupuk briket memiliki ukuran 5-8 kali relatif lebih besar.

Keunggulan dari formulasi fisik pupuk briket PT SAM terletak pada sizing dan kemasifan pupuk.  Ukuran luas butir yang lebih besar memiliki peluang integrasi keseluruhan unsur dalam partikel butiran secara lengkap yang lebih terjamin dan memiliki pengaruh terhadap pelarutan pupuk yang secara relatif lebih lambat dibanding dengan pupuk yang memiliki diameter partikel lebih kecil.  Sifat kemasipan pupuk berkaitan dengan kerapatan pori mikro di permukaan pupuk, direkayasa melalui proses compressing menghasilkan berat jenis butiran yang lebih besar (1,33-1,50 g/cm3) dan dapat membantu proses hancuran hidrolisis pelarutan bahan menjadi lebih lambat.  Sizing dan kemasifan pupuk berfungsi sebagai salah satu pengendali sifat pupuk slow release.   Pelepasan hara pada formulasi pupuk briket dengan kedua sifat fisik demikian akan menjamin ketersediaan hara mengikuti pola pertumbuhan tanaman, khususnya untuk tanaman tahunan yang siklus periode tumbuhnya relatif lebih panjang dibanding tanaman semusim.

Tabel 4. Pengaruh aplikasi pemupukan formulasi pupuk briket Halei dan pupuk standar konvensional pada tebu di 3 lokasi dengan kondisi tanah tekstur yang berbeda

Formulasi pupuk dalam bentuk briket dengan ukuran butiran dan kemasifan pupuk yang berperan dalam menjaga pelepasan hara secara terkendali, nampaknya cukup menonjol diaplikasikan pada tanah-tanah dengan tingkat pencucian hara cukup tinggi, yaitu pada tanah bertekstur kasar.  Nilai peningkatan hasil produktivitas tanaman perkebunan di tanah bertekstur kasar yang dipupuk formula pupuk briket relatif lebih besar dibanding dengan peningkatan hasil produktivitas tanaman pada tanah yang relatif lebih halus.  Penomena tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan aplikasi formulasi pupuk briket Halei untuk tebu pada 3 lokasi kondisi tanah dengan  tekstur tanah yang berbeda, yaitu tekstur pasir berdebu (kasar), debu (sedang) dan liat berdebu (halus).   Pada masing-masing lokasi percobaan, efektifitas penggunaan pupuk briket Halei formula komposisi standar dibandingkan terhadap pupuk konvensional standar berbentuk butiran granuler, dengan dosis aplikasi jumlah hara makro (NPK) yang relatif sama.  Pengaruh efektifitas pemupukan tersebut pada tanaman tebu disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh aplikasi pemupukan formulasi pupuk briket Halei dan pupuk standar konvensional pada tebu di 3 lokasi dengan kondisi tanah tekstur yang berbeda yaitu tekstur kasar (pasir berdebu Regosol Jengkol-Kediri), tekstur sedang (debu Mediteran Jatiroto-Lumajang) dan halus (liat berlempung Alluvial-Pasuruan), MT 2005-2006.

Hasil pengamatan penggunaan formulasi pupuk briket dalam mendorong pencapaian produktivitas tanaman yang lebih baik dibanding pupuk konvensional standar kebun.  Pada Gambar 1 ditujukan perbedaan kemampuan peningkatan hasil penggunaan formula pupuk briket Halei pada tanah bertekstur kasar relatif lebih tinggi dibanding pada tanah yang bertekstur halus.   Pengaruh perlakuan pemupukan Halei terhadap peningkatan hasil tebu pada tanah bertekstur kasar lebih tinggi sekitar 23 yang dibandingkan terhadap pemupukan standar,  sedangkan pada tanah bertekstur sedang mencapai sekitar 14 dan pada tanah bertekstur halus mencapai sekitar 5.  Penomena ini diduga salah satu penyebabnya adalah pupuk Halei yang berbentuk briket dengan sizing yang lebih besar mampu mengendalikan ketersediaan hara lebih efektif dengan mengurangi kehilangan hara asal pupuk yang dapat disebabkan oleh pencucian.  Pada tanah bertekstur kasar, pupuk briket menjamin ketersediaan hara dalam tanah yang lebih baik dibanding pupuk konvesional standar, sehingga penyerapan hara asal pupuk Halei menjadi lebih efektif.   Sedangkan pada tanah yang bertekstur lebih halus, peristiwa pencucian hara relatif lebih rendah disbanding pada tanah bertekstur kasar.  Pada kondisi ini, antara pupuk briket Halei dan pupuk konvensional standar berkemampuan menyediakan hara yang relatif sama tersimpan di dalam tanah dan terserap tanaman menjadi sama efektifnya.

Berdasarkan penomena pengalaman penggunaan pupuk briket untuk tanaman tebu pada 3 kondisi tanah dengan tekstur yang berbeda  telah memberikan gambaran bahwa formulasi ukuran butir yang mempengaruhi sifat kelarutan pupuk berpengaruh terhadap pencapaian efisiensi pemupukan.   Sifat kelarutan pupuk yang disesuiakan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lingkungan nampaknya menjadi salah satu kunci penentu pencapaian efisiensi pemupukan.

 

C. Formulasi Kecepatan Pelarutan

Kecepatan pelarutan pupuk sering menjadi sasaran utama dalam rekayasa formulasi sifat fisik pupuk.  Sifat ini menjadi penting berkaitan dengan kemampuan pupuk dalam menyediaakan bagi tanaman.  Rekayasa formulasi kecepatan pelarutan pupuk dapat dilakukan melalui mekanisme kimia, fisika dan penggabungan diantara kedua mekanisme tersebut.  Formulasi pupuk produksi PT SAM menggunakan teknologi untuk mengatur kecepatan pelarutan pupuk menggunakan mekanisme cara kimia dan fisik.  Secara konsisten, produk pupuk PT SAM menetapkan formulasi pupuk dengan kecepatan pelarutan pupuk dalam menyediakan hara secara lambat terkendali (slow release) sesuai dengan pola pertumbuhan tanaman.  Jenis pupuk ini sangat cocok untuk tanaman perkebunan yang sifat  siklus hidup pertumbuhannya relatif cukup panjang.

Formulasi kelarutan dan pelepasan hara  menjadi bersifat slow release dapat dilakukan menggunakan teknologi kimia melalui penambahan bahan aditif Slow Release Agent (SRA) dan bahan coating (penyelimut) serta menggunakan teknologi fisika melalui pengaturan sizing (ukuran butir) dan kemasifan.  Formulasi pupuk slow release PT SAM menggunakan teknologi kimia penambahan SRA dan fisika sizing.  Kedua mekanisme pengendali ini berjalan secara sinergi.  Pada kesempatan ini akan diuraikan penjelasan mekanisme pelepasan hara dari formula pupuk slow release dalam menyediakan hara untuk tanaman perkebunan dalam kerangka teoritis.

Formulasi pupuk produk PT SAM memiliki kemampuan terlarut dan menyediakan hara pada kecepatan  seimbang.  Pupuk  menyediakan hara bagi tanaman di dalam tanah diawali dengan terjadinya proses persentuhan materi pupuk dengan air asal kelembaban tanah.  Reaksi kimia hidrolisis di permukaan materi pupuk akan menyebabkan terjadinya peristiwa ionisasi pada masing-masing unsur yang terkandung dalam bahan.   Peristiwa reaksi kimia ini menyebabkan terjadinya pelarutan bahan pupuk untuk  berubah menjadi  hara  dalam  bentuk fraksi ion-ionnya.  Karena pupuk briket PT SAM direkayasa menggunakan bahan-bahan pilihan bermutu baik yang memiliki sifat mudah larut, maka kelarutan bahan pupuk akan segera membebaskan unsur-unsur hara untuk bergabung ke dalam larutan tanah, yang segera dimanfaatkan tanaman, disajikan pada Gambar 2.

Pengendali mekanisme fisik slow release pupuk, yaitu sizing (ukuran butir) dan kemasipan (berkaitan dengan kerapatan pori mikro) dirancang melalui pembentukan ukuran butir briket  yang lebih besar (bentuk elips diameter panjang 1 cm, diameter lebar 0,6 cm), sehingga luas permukaan yang bersentuhan dengan air (sebagai kreator hidrolisis)  menjadi relatif lebih kecil.  Kondisi permukaan dengan ukuran pori mikro yang rapat menyebabkan terjadinya pengendalian sentuhan lapisan air dengan lapisan permukaan material pupuk sedemikian rupa menjadi lebih terbatas.  Pada keadaan demikian, proses hidrolisis pada keseluruhan material unsur yang terkandung dalam pupuk briket membutuhkan  waktu yang relatif lebih lama dan proses pelarutan bahan berjalan lambat.

Pengendali mekanisme kimia slow release Pupindo mengacu pada prinsip : (1) reaksi kimia SRA yang memiliki kemampuan mengikat unsure dipermukaan partikel bahan dan (2) interaksi keseimbangan antar unsur/senyawa asal bahan yang saling melindungi terhadap proses pelarutan.  Reaksi kimia SRA dengan ion-ion unsure/senyawa hara terjadi dalam ikatan elektrostatik.  Ikatan ini menyebabkan unsure tidak mudah dilepaskan dari permukaan partikel.  Ilustrasi pengarus SRA dalam pelepasan hara ditunjukkan hasil pengamatan pada percobaan skala laboratorium untuk kasus hara Nitrogen (N) menggunakan bahan pupuk briket Halei disajikan pada Gambar 3.  Diketahui bahwa N merupakan salah satu unsur hara dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, berinteraksi dengan aktivitas mikroorganisme tanah dan merupakan unsur yang relatif lebih banyak hilang tercucikan, volatile dan terbawa run off.   Dengan  penambahan SRA ketersediaan hara dalam tanah  relatif lebih terjamin selaras kebutuhan pertumbuhan tanaman

Pengendali kimia lain yaitu interaksi keseimbangan antar unsur atau senyawa yang saling melindungi mempengaruhi pelepasan hara berdasarkan reaksi kelarutan dan pengendapan (pembentukan senyawa yang tidak larut Pupindo direkayasa menggunakan bahan anorganik mudah larut dalam air.  Bahan baku Pupindo mengandung unsur-unsur hara anorganik, antara lain ; N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn, dan B.  Unsur-unsur ini terlarut dapat berupa ion unsur  (K+, Ca2+, Mg2+, Fe2+, dll) atau ion molekul (NO3, HPO42-, SO42- dll) yang satu sama lain dapat berinteraksi menjadi bentuk yang terlarut atau yang tidak terlarut.  Sebagai contoh, kandungan P dalam bahan apabila terhidrolisis akan membentuk ion ortophosfat (sisa asam posfat) yang peristiwa kelarutannya akan sangat dikontrol oleh ketersediaan ion Ca, Cu, Zn, dan ion unsur logam lainnya yang siap membentuk senyawa baru yang bersifat tidak mudah tersedia, seperti Ca3(PO4)2 atau Zn3(PO4)2,  berlaku sebaliknya terhadap ketersediaan hara ion unsur logam itu sendiri.   Peristiwa reaksi demikian ini yaitu keseimbangan antara pembentukan hara terlarut dan pembentukan senyawa baru yang tidak mudah larut memberikan peluang waktu untuk terjadinya penyediaan hara yang relatif lebih lambat tersedia.

 

Penutup

Secara umum, formulasi pupuk akan memaksimalkan efektifitas dan efisiensi pemupukan yang mampu meningkatkan keuntungan budidaya pertanian sambil tetap menjaga kelestarian produktivitas lahan, melalui ;

  1. rekayasa komposisi kandungan hara sesuai kebutuhan kebutuhan tanaman (by order) yang dapat ditetapkan berdasarkan pendekatan ketersediaan hara tanah dan jaringan tanaman, sehingga efektif dalam menekan pemborosan kehilangan hara asal pupuk di lahan pertaniaan.
  2. memiliki mekanisme pelepasan unsur hara sesuai kebutuhan dan karakteristik kimia tanah. Kelarutan pupuk lebih terukur untuk menyediakan hara cepat tersedia maupun lambat tersedia sesuai dengan fase pertumbuhan. Peristiwa penyediaan hara yang demikian, maka Pupindo akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman secara optimal atau target produktivitas yang diharapkan berdasarkan peningkatan efisiensi serapan maupun efisiensi produksi.
  3. dilengkapi nutrisi yang mampu mendorong peran metabolisme sink tanaman menjadi lebih baik, sehingga akan mampu meningkatkan kualitas produksi tanaman.
  4. menjadikan hara asal pupuk tidak mudah hilang karena tercucikan, volatilisasi dan terjerap, sehingga produktivitas lahan terjaga kelestariaanya dan menekan pengaruh negatif terhadap kerusakan lahan.
  5. pembuktian efektifitas pemupukan produk hasil rekayasa formulasi pupuk secara kimia fisik dengan penambahan SRA dan sizing telah dilakukan oleh PT SAM yang bekerjasama dengan Puslit Perkebunan menunjukkan hasil kinerja yang nyata dalam peningkatan efisiensi pemupukan pada lahan tanaman perkebunan.

 

Daftar Pustaka

  1. Engelstad, O. P.  1997.  Teknplogi dan Penggunaan Pupuk. Terjemahan. Goenadi, D. H., dan Radjagukguk, B. ed 3. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
  2. PT Saraswanti Anugerah Makmur, 2009.  Palmo: Legalitas, Rekomendasi dan Hasil Pengujian.
  3. Laporan kegiatan kerjasama antara PT SAM dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Sidoardjo.
  4. PT Saraswanti Anugerah Makmur, 2009.  Pukalet: Legalitas, Rekomendasi dan Hasil Pengujian.
  5. Laporan kegiatan kerjasama antara PT SAM dengan Pusat Penelitian Karet Sungai Putih. Sidoardjo.
  6. PT Saraswanti Anugerah Makmur, 2009.  Halei: Legalitas, Rekomendasi dan Hasil Pengujian.
  7. Laporan kegiatan kerjasama antara PT SAM dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan. Sidoardjo.
  8. PT Saraswanti Anugerah Makmur, 2009.  Koka: Legalitas, Rekomendasi dan Hasil Pengujian.
  9. Laporan kegiatan kerjasama antara PT SAM dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember. Sidoardjo.

FORMULASI PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN
Oleh : Mohamad Mulyadi dan M. Edi Premono (PT. Saraswanti Anugerah Makmur – Saraswanti Group)

Pupuk NPK, Fungsi & Manfaatnya

Pengertian Pupuk NPK Pupuk NPK adalah pupuk yang memilik kandungan tiga unsur hara makro, yaitu Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K). Selain unsur...

Pupuk, Pengertian dan Jenisnya

Pengertian Pupuk Pupuk adalah bahan yang memiliki kandungan satu atau lebih unsur hara yang diberikan pada tanaman atau media tanam untuk mendukung...